Akhwat Mantan Aktivis Demo Bercerita (Sebuah Renungan bagi Aktivis Dakwah)

akhwat-mantan-aktivis-demoAna akhwat, aktivis demo, bagi ana demo adalah jihad, perjuangan menegakkan syari’at, kebenaran, melawan kebathilan, sarana yang paling oke untuk amar ma’ruf nahi munkar pokoke hidup demo. Meskipun gara-gara demo bolos kuliah, siap muka terpanggang matahari dan ummahatnya pun rela menggendong bayinya dengan berpeluh panas bahkan yang hamilpun bela-belain untuk demo. Bahkan ana hampir mati ditabrak mobil TNI saat demo waktu kuliah.

Tapi apa hasil dari demo:
Banyak terjadi ikhtilat itu JELAS, bukan hanya ikhwan jadi korlap, akhwat juga. Bukan hanya ikhwan yang teriak yel-yel sambil nyanyi! akhwat juga! Bukan hanya ikhwan melompat-lompat dan teriak-teriak, akhwat juga! Sehingga SUDAH LAZIM terjadi CBSA (cinta bersemi saat aksi), ini rahasia umum gan!

TERJADI BETUL-BETUL TERJADI IKHWAN tidak ada pemisah lagi dengan akhwat, BERCAMPUR-BAUR DAN BERDESAK-DESAKKAN. APAKAH INI MASIH DIBELA SEBUAH HAL YANG DARURAT DAN JIHAD???

ANA juga belajar politik dari SMU, siapa bilang DEMOKRASI DARI ISLAM? Aristoteleslah orang pertama memperkenalkan demokrasi!

Dalam demokrasi yang benar adalah suara terbanyak sekalipun salah. Dan jelas orang bodoh lebih banyak dari orang pintar. Orang berpendidikan lebih sedikit dari yang tidak sekolah. Orang paham agama lebih sedikit dari yang awam. Maka demokrasi memenangkan siapa? Pengikut Allah atau pengikut syaithan???

Sekarang kita lihat teman-teman kita yang katanya berjuang menegakkan syari’ah melalui demokrasi? Teman-teman kita yang mana sudah banyak menjadi aleg, pemimpin daerah namun perbaikan apa yang sudah dibuat??? Sungguuh yang terjadi bukanlah kita memperbaiki sistem namun larut dalam sistem dan diatur oleh sistem. Ketika ada idealisme semua itu buyar dan bubar karena sekali lagi berlutut di hadapan demokrasi, tak sanggup berkata dan berbuat apapun ketika suara terbanyaklah yang menjadi dasar mengambil kebijakan.

Mari kita renungkan wahai saudaraku fillah…
Bagi kita yang ngotot membela demokrasi, demo, partai dengan alasan jihad, maslahat dan sebagainya cobalah renungkan: MASLAHAT APA????
Ketika datang penjelasan yang hakiki yang bersumber dari Qur’an dan Sunnah yang shahih mengapa kita masih membela sesuatu yang sudah mendarah daging dalam kehidupan kita padahal itu tidak berdasar sama sekali. Mari kita lihat perjuangan Nabi-nabi terdahulu apakah mereka menjadi penguasa terlebih dahulu untuk mendakwahkan ummat agar menyembah Allah Ta’ala semata??? Atau adakah di antara mereka ‘alaihimussalam mendirikan partai dan melakukan demo, memberontak pada penguasa?

Sungguh Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimassalam pun diperintah Allah ta’ala untuk berdakwah dengan cara yang paling lembut terhadap fir’aun raja yang paling zhalim yang mengaku tuhan!!!

Maka siapakah teladan kita??? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Nabi kah atau aristoteles???

Jika alasan kita adalah itu adalah zaman dulu, sekarang sudah beda, maka apakah kita tidak yakin bahwa Islam diturunkan untuk seluruh alam dan tidak ada Nabi lagi setelah beliau sehingga ajaran Beliau sudah sempurna dan lengkap, tidak perlu ditambah-tambah lagi.

Marilah tinggalkan segala syubhat, ikuti jalan Rasulullah yang lurus dan terang benderang.

Mari bersatu di dalam Islam ikut apa kata Allah apa kata Rasul seperti para sahabat beramal, tinggalkan segala partai, golongan yang memecah belah kita. Allahu Akbar!

Sumber: di sini (dikutip dari komentar pembaca situs www.muslim.or.id)

http://aboeaswad.wordpress.com/2012/04/26/akhwat-mantan-aktivis-demo-bercerita-sebuah-renungan-bagi-aktivis-dakwah/

Tinggalkan komentar